Sabtu, 20 Oktober 2012

Minggu Biasa XXIX

Minggu g Biasa XXIX / Minggu Misi / Evangelisasi : Yes 53:10-11; Ibr 4:14-16; Mrk 10:35-45 "Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." "Saudara-saudari yang terkasih, saya mohon pada hari misi evangelisasi bagi bangsa-bangsa (ad gentes), khususnya bagi para pelayan, suatu pencurahan Roh Kudus bagi mereka, agar rahmat Allah memampukan mereka untuk memajukan misi evangelisasi dengan teguh dalam sejarah manusia. Bersama dengan Beato John Henry Newman, saya berdoa :'Ya Tuhan, dampingilah para misionaris-Mu di tanah-tanah misi, taruhlah kata-kata yang benar di bibir mereka dan buatlah jerih payah mereka menghasilkan buah berlimpah'. Semoga Santa Perawan Maria, Bunda Gereja dan Bintang Evangelisasi, menyertai semua misionaris Kabar Sukacita" (kutipan dari Pesan Paus Benediktus XVI dalam rangka mengenangkan Minggu Evangelisasi atau Misi Sedunia, 6 Januari 2012). "Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."(Mrk 10:45) Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusanNya, Sang Penyelamat Dunia telah rela dengan rendah hati dalam "melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang". Untuk itu Ia rela menderita, disiksa dan dihina sampai wafat disalibkan di kayu salib, menjadi tontonan banyak orang. Penyaliban merupakan hukuman terberat bagi para penjahat, maka dengan demikian Sang Penyelamat Dunia, meskipun baik, rela diperlakukan sebagai penjahat, tidak mengeluh dan menggerutu. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita memiliki tugas missioner untuk mewartakan kabar baik, apa-apa yang baik, dengan semangat melayani dan rendah hati. Maka marilah kita hidup dan bertindak dengan saling melayani, mempersembahkan tenaga dan waktu kita bagi orang lain, demi kebahagiaan dan keselamatan mereka, tentu saja pertama-tama dan terutama adalah keselamatan jiwa. "Nyawa" adalah semangat atau gairah, cita-cita dan harapan yang membuat kita bersemangat dan bergairah. Arahkan cita-cita, harapan dan dambaan anda bagi 'tebusan banyak orang' atau keselamatan dan kebahagiaan semua orang, tanpa pandang bulu. Kami percaya bahwa anda para suami dan isteri pasti memiliki pengalaman untuk saling menyerahkan 'nyawa', saling berbagi cita-cita, harapan dan dambaan serta kemudian bersama-sama melangkah maju untuk mewujudkan cita-cita, harapan dan dambaan yang telah disatukan. Maka kami berharap anda mendidik dan membina anak-anak anda sedini mungkin untuk saling mempersembahkan diri kepada saudara-saudarinya dalam satu keluarga, kakak-adik, dan kemudian diperluas kepada para sahabat dan rekan tetangga maupun rekan belajar atau bekerja. Sikap mental 'melayani' hendaknya juga kita hayati, perdalam dan perkembangkan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Melayani berarti senantiasa berusaha membahagiakan, sebagaimana terjadi dalam diri pelayan yang baik dalam komunitas, keluarga maupun tempat kerja atau tempat tugas. Pelayan yang baik juga tidak pernah mengeluh atau menggerutu ketika mengalami kesulitan, menghadapi tantangan maupun tegoran keras dari orang lain yang harus dilayani. Mengeluh atau menggerutu hemat kami berarti melecehkan atau merendahkan yang lain, dan merasa dirinya yang terbaik. Marilah kita belajar dan meneladan Yesus yang dalam puncak penderitaanNya tidak mengeluh dan menggerutu, bahkan mendoakan mereka yang telah membuatNya menderita. Kami percaya dalam kehidupan sehari-hari kita pasti menghadapi apa-apa yang tidak sesuai dengan selera pribadi kita, maka hendaknya hal itu dihadapi dan disikapi dengan rendah hati seraya mendoakan mereka yang telah mempersulit hidup dan pelayanan kita. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa mendoakan mereka yang memusuhi kita atau membuat kita tidak enak, menderita, dst… Itulah kiranya salah satu penghayatan panggilan missioner yang dapat dilakukan oleh siapapun dan kapan pun: kerasulan doa. Maka sisipkan doa khusus bagi orang lain dalam doa-doa harian anda, demikian juga dalam Perayaan Ekaristi para imam hendaknya mendoakan orang lain, lebih-lebih mereka yang sedang mengalami kesulitan dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. "Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibr 4:14-16) Kutipan di atas ini secara khusus kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi rekan-rekan imam, dan secara umum bagi segenap umat beriman yang juga memiliki panggilan imamat umum. Salah satu cirikhas panggilan imamat adalah sebagai 'penyalur': menyalurkan rahmat atau berkat Tuhan bagi sesamanya dan menyalurkan doa, dambaan, kerinduan, harapan dst.. sesamanya kepada Tuhan. Dalam anggota tubuh kita yang kelihatan hemat saya fungsi penyalur yang baik adalah 'leher', dimana melalui leher apa yang dibutuhkan oleh seluruh anggota tubuh, yaitu makanan dan minuman serta udara segar lewat. Apa yang diterima oleh leher langsung diteruskan semuanya, tiada sedikitpun yang diambil alias dikorupsi. Leher juga tidak pernah dapat menikmati makanan dan minuman yang lewat, tak pernah berfungsi menyakiti. Sementara anggota tubuh lain yang kelihatan beristirahat, leher tetap bekerja atau berfungsi sebagai penyalur, yaitu penyalur udara segar. Marilah kita berpartisipasi dalam kelemahan-kelemahan saudara-saudari kita, dan senantiasa siap sedia untuk dicobai dalam rangka berfungsi sebagai penyalur rahmat atau berkat Allah maupun doa, dambaan dan kerinduan umat Allah. Biarlah kehadiran dan sepak terjang kita di antara saudara-saudari kita dapat menjadi kasih karunia bagi mereka. Memang untuk itu kita senantiasa diharapkan hidup bersatu dan bersama dengan Allah dalam situasi dan kondisi macam apapun dan dimana pun. Menghayati panggilan imamat hemat saya kita harus sungguh hadir dalam kebersamaan hidup umat Allah, seraya mendengarkan dengan rendah hati suka-duka umat Allah, dan kemudian kita tanggapi suka-duka umat Allah sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada pada diri kita. "TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul" (Yes 53:10-11). Setia menghayati panggilan imamat hemat saya tak akan terlepas dari hati dan jiwa yang disakiti oleh orang lain atau hati dan jiwa kita harus bersusah karena dosa dan kekurangan orang lain. Hati dan jiwa kita akan segera puas dan bahagia jika kita juga segera membantu orang-orang berdosa dan berkekurangan, sebaliknya jika kita diam saja berarti kita akan tetap sedih hati dan hancur jiwa kita. Kami harapkan kita lebih baik disakiti hati dan jiwa kita karena kesetiaan pada panggilan imamat daripada menyakiti hati dan jiwa orang lain karena egoisme dan kemunafikan kita. Cirikhas seorang utusan antara lain memang disakiti, dicemooh dan mungkin juga kurang diperhatikan. "Aku mau menyanyikan syukur kepada-Mu dalam jemaah yang besar, di tengah-tengah rakyat yang banyak aku mau memuji-muji Engkau. Janganlah sekali-kali bersukacita atas aku orang-orang yang memusuhi aku tanpa sebab, atau mengedip-ngedipkan mata orang-orang yang membenci aku tanpa alasan.Karena mereka tidak membicarakan damai, dan terhadap orang-orang yang rukun di negeri mereka merancangkan penipuan," (Mzm 35:18-20) Ign 21 Oktober 2012 Diposkan oleh Renungan Iman Katolik di 23:38 0 komentar 20Okt "Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan" (Ef 1:15-23; Luk 12:8-12) " Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan" (Luk 12:8-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Sebagai warganegara atau warga masyarakat biasa mungkin kita harus bertemu atau berhadapan dengan para penguasa atau pejabat tinggi pemerintahan. Dari pengamatan saya ada orang-orang yang takut menghadapi penguasa atau pejabat tinggi, takut harus bicara apa , takut kalau nanti ditanyai aneka macam perkara. Demikian juga ada orang takut sebagai saksi di pengadilan. Sabda hari ini mengingatkan kita semua bahwa jika kita hidup dalam dan oleh Roh Kudus, hendaknya tidak perlu takut harus berkata apa. Hidup dalam dan oleh Roh Kudus berarti hidup baik dan suci, tidak pernah berbuat jahat sedikitpun atau sekecil apapun. Jika kita demikian adanya percayalah bahwa dalam situasai dan kondisi apapun kita pasti akan dapat berkata apa yang baik serta menanggapi aneka pertanyaan atau terror dan ancaman. Maka hendaknya dengan tenang seraya dalam hati berdoa kepada Tuhan ketika harus berhadapan dengan masalah, tantangan dan hambatan maupun aneka pertanyaan dari orang lain, termasuk dari para penguasa maupun pejabat tinggi pemerintahan. Sikapilah mereka toh sama dengan kita dan hanya berbeda dalam fungsi, sama-sama manusia, ciptaan Allah dan sama-sama mendambakan hidup damai sejahtera. Salah satu cara konkret adalah lihat dan angkat apa yang menjadi hobby atau kesenangan yang bersangkutan, serta pujilah apa yang baik dalam dirinya. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa bersikap positif terhadap orang lain, dan jangan berprasangka jelek apapun. Marilah kita imani bahwa semua orang berkehendak baik, maka temukan dan akui kehendak baik orang lain maupun dalam diri kita serta kemudian kita sinerjikan dalam menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan kehidupan bersama. · "Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar" (Ef 1:15-17). Paulus mengingatkan kita semua agar saling melihat dan mengakui dan mengimani penghayatan iman saudara-saudari kita. Kita dipanggil untuk saling bersyukur atas penghayatan iman yang dapat kita lakukan, karena jika kita dapat menghayati iman hemat saya hal itu merupakan karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, merupakan anugerah Allah. Maka jika kita sungguh dapat menghayati iman dengan baik, kami harapkan kita hidup dengan rendah hati, berterima kasih dan bersyukur. Kutipan di atas ini kiranya juga mengingatkan kita semua untuk mengenangkan para pendahulu kita yang sungguh beriman, dan kemudian meneladan penghayatan imannya dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. "Aku selalu mengingat kamu dalam doaku", demikian kata Paulus. Apa yang dikatakan ini hendaknya juga menjadi kata-kata kita serta kemudian kita hayati dalam hidup kita. Kami berharap setiap hari berdoa, dan dalam berdoa hendaknya juga mendoakan orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita, misalnya para donator yang dengan murah hati sebagai wujud kemurahan hati Allah telah mengorbankan sebagai harta benda atau uangnya guna membantu mereka yang miskin dan berkekurangan atau yang sungguh membutuhkan bantuan. Kami di Seminari Menengah Mertoyudan dalam misa harian senantiasa mendoakan para donator yang dengan murah hati telah membantu kehidupan para seminaris. Tentu saja saya juga berharap kepada mereka yang berkecukupan atau berkelimpahan dalam hal kebutuhan sehari-hari juga senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada Allah serta mendoakan mereka yang membantu kesuksesan hidup dan karya atau pekerjaan anda. "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu,…Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya" (Mzm 8:2-3a.4-5) Ign 20 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar